Senin, 09 Juni 2008

HUJAN.... BANJIR

Hujan.. hujan...

dulu nih yach..
kmu datang kami senang, kata orang2 kamu datang pasti membawa berkah.
bumi ini tanpa dirimu tidak akan sehijau dan seindah ini
dari tandus menjadi padang hijau dan subur
kegembiraan akan kedatanganmu seperti kedatangan tamu istimewa
istilahnya tu yah... tamu adalah raja
ya kamu adalah raja ditengah-tengah kami
n teringat masa kecil dulu
setiap kali kamu singgah, hati ini riang sekali
gembira tiada tara
kegembiraan bisa terlihat dari pancaran senyum dan tawa anak2 kampung ini
berlari kejar2an, petak umpet sampe membuat bendungan2 kecil layaknya sawah
kita akan selalu bermain bersamamu disaat kamu datang

dari sekian taun kami bermain bersamamu
kenapa yach?? kali ini tiap kali kamu datang pasti bikin kesel
tiap kali mampir pasti buat masalah
pancaran wajahmu tidak ramah lagi
pancaran senyummu penuh dengan kebengisan dan angkara
kmu datang tidak berjadual n kadang ga ngisi daftar hadir lagi

atau mungkin karna kamu datang ga sendiri
jadi kita ga bisa lagi bersenda gurau
tertawa bersama
berkejaran bersama seperti dulu
sekarang kamu punya teman lain
teman yang ga disukai masyarakat
teman yang angkuh dan sombong
yang tidak memandang tua, muda, miskin dan kaya
klo dia mau lewat ga pernah permisi n asal tabrak aja
malah merusak apa ja yang didepannya
sapa tuh namanya ????

BANJIR
ya itu dia namanya....
Jadi JAN, please dech
klo mo datang jangan ajak banjir dunk
cape neh ngeladeni si banjir
dia ga bisa basa basi
dia ga bisa bergurau
n cepat sekali tersinggung

suatu waktu saya sempat ngobrol sama dia
tentang latar belakang dan kenapa dia seperti ini???
katanya terlalu banyak manusia yang merusak tempat tinggalnya
pohon tempat dia menginap habis dipangkas
gunung tempat mereka berkumpul bersama keluarga rata dengan tanah
teman2 meraka... batu dan pohon diasing dari kehidupan mereka
danau2 tempat mereka bekerja dan tinggal dengan damai habis diurug dengan tanah
mereka jadi pengungsi di kampung sendiri
mereka tersakiti selama bertahun-tahun
kesabaran mereka seakan habis oleh ketidak ramahan manusia
belum lagi begitu mereka ke kota
jalan tempat mereka jalan pun ditutupi dengan sampah
diakhir ceritanya terlihat keputusasaan
seakan mereka dan mati rasa terhadap skitarnya
penderitaan yang panjang itu yang membuat mereka muak dan egois
berbuat semaunya dia

obrolan kami berakhir dengan padangan kosong
aku tidak mampu membuat kata pembelaan atas kaumku
pilu hati ini mendengar semua kepedihan mereka
dan aku hanya bisa membisikan kata 'maafkan kami'
kami akan berusaha membantumu tuk kembali ke tempatmu dengan damai
karena tidak semua kaum manusia sejahat itu
masih ada generasi yang peduli terhadapmu
dan mau menjadi sahabatmu
peace...

Tidak ada komentar: